Jumat, 29 November 2013

Makanan Seimbang dalam Islam

ISLAM mengajarkan untuk tidak mengharamkan makanan yang baik-baik yang telah dihalalkan Allah sebagai rezeki. Dengan syarat tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan-makanan tersebut. Sembari tetap selalu memerhatikan aspek keseimbangan antara setiap unsur-unsur makanan yang dibutuhkan tubuh. Rasulullah Saw bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Pada bagian ini akan dipaparkan pandangan Islam tentang makanan dan polanya yang diawali dari perjalanan manusia sebagai janin sampai lanjut usia, disertai penjelasan mengenai unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh pada setiap fasenya. Juga tentang waktu dan porsi makanan yang baik dan tepat sesuai dengan ajaran Islam.
Di antara hak-hak manusia yang paling penting adalah hak untuk memperoleh porsi yang cukup dan beragam dari makanan yang aman, agar mereka bisa memenuhi berbagai kebutuhan pokok mereka dan pengembangan kemampuan fisik dan mental mereka. Dengan demikian, hak manusia dalam hal makanan sama pentingnya dengan hak hidup itu sendiri.
Makanan seimbang adalah makanan ideal, baik kuantitas maupun kualitas, bagi setiap penduduk bumi dengan berbagai macam kepercayaannya. Al-qur’an telah membuat pondasi dasar yang jelas dan bijak dalam hal makanan ini. Bahkan Nabi Muhammad Saw telah mengukuhkan dasar tersebut sembari memberikan beberapa ketentuan dan aturan yang menjamin realisasinya sehingga seorang muslim benar-benar dapat mengkonsumsi makanan yang sempurna dan simbang, jasmani maupun ruhani.
Islam benar-benar serius dalam memelihara jiwa dan akal. Pemeliharaan jiwa dan akal itu dilakukan dengan memberikan makanan sehat sejak masa kehamilan, kelahiran, kemudian sepanjang tahapan-tahapan kehidupan berikutnya. Syariat Islam menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam dan seimbang yang memang dibutuhkan tubuh, sehingga seorang muslim bisa tumbuh sehat wal afiat dan normal. Benar apa yang disabdakan Rasulullah Saw, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Tubuh manusia membutuhkan makanan seimbang yang bisa dikonsumsi dan diserapnya, serta menggantikan zat-zat yang hilang darinya, menghilangkan rasa lapar, untuk kemudian menjadikannya kuat bekerja dan beraktivitas, serta memperkuat peran imunitas yang ada di dalamnya guna melawan virus dan penyakit. Makanan seimbang adalah kata lain dari makanan sehat, sebagai bentuk perwujudan bagi keseimbangan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt pada segala sesuatu: “Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kalian tidak melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kalian mengurangi neraca itu.” (QS. Ar-Rahman [55] : 7-9)
Oleh karena itu, melalui berbagai penelitian kajian mereka, para ahli gizi telah berusaha mengetahui berbagai kebutuhan makanan yang dibutuhkan manusia. Kemudian mereka membuat dasar-dasar pijakan yang jelas dan benar tentang makanan itu sesuai kondisi, lingkungan, serta usia seseorang.
Sementara Islam sendiri telah mengajarkan manusia untuk tidak mengharamkan makanan yang baik-baik yang telah dihalalkan Allah Swt. Dimana Dia berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kalian menyembah.” (QS. Al-Baqarah [2] : 172)
Sebagaimana Islam telah menganjurkan mereka untuk mengkonsumsi makanan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak juga terlalu kikir sehingga hanya mengkonsumsi saja dari berbagai makanan yang disediakan. Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt: “Makan dan minumlah, tapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf [7] : 31)
Allah Swt sendiri telah mempersilahkan hamba-hamba Nya untuk menikmati semua makanan tersedia. Dia telah cipatakan bagi mereka unta, sapi, domba, dan kambing, agar mereka bisa memanfaatkan bulu-bulunya sebagai penghangat dan dagingnya untuk dimakan guna memelihara kelangsungan hidup mereka. Maha Benar Allah yang telah berfirman, “Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kalian. Padanya terdapat (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan yang sebagian lagi kalian makan.” (QS. An-Nahl : 5). [yudistira adi maulana/ruqyah bekam center purwakarta]

Ditulis Oleh : sofyan Hari: Jumat, November 29, 2013 Kategori:

Comments
0 Comments
Facebook Comments by Tentang Makna Kata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komentar dan memberikan tanggapan kamu di posting ini. Kamu juga dapat berlangganan newsletter gratis kami untuk menerima semua posting "Tentang Makna Kata" secara langsung melalui e-mail.