Sebuah Pesan (yang tidak penting) untuk istri tercinta…
Sebuah layangan sederhana telah dibuat oleh seorang lelaki. Dengan kecintaan dan ketulusan yang sejati dia mencoba membuat layangan ini indah walupun sederhana layangan ini telah menarik perhatian orang-orang. Tak dinyana ramai orang memperbincangkan tetntang layangan ini, ada yang merasa tidak pantas layangan ini bediam di gubuk lelaki tersebut, Ada yang berkomentar seandainya layangan ini kalau ditangannnya akan diganti warnanya dan bentuknya pasti lebih menarik. Ada yang merasa bentuknya terlalu sederhana dan polos untuk
sebuah layangan yang indah. Tetapi dengan mantapnya layangan ini meyakinkan kepada lelaki itu bahwa dia percaya untuk diterbangkan ke angkasa oleh lelaki ini.
Hingga tiba saatnya akan diterbangkan layangan ini begitu bersemangat untuk segera diterbangkan. Dia begitu yakin akan kemampuannnya karena telah dibuat dengan rangka bambu yang kuat. Tetapi sebelum terbang ke angkasa lelaki ini sembari menitik air mata berpesan supaya mengingat bahwa di bumi masih ada dia yang menunggu dengan ketiga anaknya yang menunggu layangan itu turun dan kembali di simpan di gubuk sederhananya sebagai satu-satunya milik mereka yang sangat dibanggakan. Dia juga berpesan bahwa dia dibuat oleh bahan kertas yang tidak tahan air dan panas dan paling penting harus selalu diingat bahwa satu-satunya yang menghubungkan antara dia dan lelaki itu hanyalah seutas benang…
Alhasil di lapangan sudah banyak orang yang ramai menerbangkan layangan tetapi ketika layangan laki-laki ini tiba perhatian orang-orang lamgsung terfokus pada lelaki dan ketiga anaknya ini. Dalam waktu sekejap layangan ini langsung membumbung tinggi dan semakin tinggi makin banyak orang yang melihat dan mengagumi keindahannya. Dalam beberapa saat orang-orang sudah melupakan laki-laki dan ketiga anaknya yang menerbangkan layangan ini. Orang-orang semakin ramai membicarakan setiap gerakan dan perjalanan layangan ini di udara. Tak terlukiskan kebanggaan laki-laki dan ketiga anaknya melihat bahwa layangan sederhana milik mereka ini berada di udara dan dikagumi banyak orang. Tetapi layangan juga merasa kagum bahwa ternyata semakin tinggi terbang semakin banyak hal lain selain yang dilihatnya dalam gubuk lelaki itu. Tetapi yang lebih menarik perhatiannya bahwa di balik awan ternyata lebih banyak suara-suara memangilnya untuk naik lebih tinggi lagi. Dan akhirnya ia pun terbang ke balik awan sehingga tidak lagi terlihat lagi oleh lelaki dan ketiga anaknya.
Anak-anaknya bertanya kepada bapaknya kemana gerangan layangan yang mereka sayangi itu pergi, dan dengan tegas diyakinkan bahwa nanti sore juga layangan itu akan turun dan kembali bersama mereka di gubuk mereka sembari memegang dengan erat-erat seutas benang yang memnghubungkan mereka dengan layangan itu.
Di balik awan ternyata memang benar banyak hal istimewa yang mengagumkan bagi sebuah layangan baru. Disana ternyata banyak layangan lain yang lebih berwarna warni. Ia pun tak mampu menolak ajakan mereka untuk masuk karaoke dan bermacam aktivitas lain dan benar-benar menikmati kehidupan di balik awan tersebut. Tetapi menjelang sore dia berpamitan untuk kembali ke gubug lelaki itu dan berjanji akan kembali lagi esok harinya.
Malam itu gubug lelaki itu ramai oleh celoteh anak-anak yang mendengarkan cerita layangan itu tentang apa yang dilihatnya di atas sana. Dengan bangga ia menceritakan ha-hal baru tersebut tetapi tanpa disadari layangan itu dan ketiga anaknya, mata lelaki itu berkaca-kaca mengiringi setiap cerita di balik awan karena hanya dia yang menyadari bahwa tetes-tetes noda air terlihat mulai memmbayang di kertas layangannya dan mulai melunturkan warna aslinya. Ketika hal itu disampaikan kepada layangan tersebut dengan enteng dijawab layangan bahwa di balik awan layangan lain juga mengalami hal yang sama karena di balik awan itu memang banyak tetes air dan disana layang-layangan sudah mengganti bahan kertasnya dengan bahan anti air yeng lebih menarik dan memiliki corak warna-warni yang lebih meriah.
Keesokan harinya pagi-pagi benar layang sudah memerintahkan untuk lelaki itu untuk segera menerbangkannya kembali karena ia sudah tidak sabar lagi memulai kehidupan di balik awan tersebut. Dalam sekejap ia pun terbang membumbung tinggi menuju ke balik awan. Dia lupa pesan lelaki itu untuk tetap saja di angkasa agar mereka dan ketiga anaknya masih bisa melihat dan mengagumi keindahanya, Ia pun melesat ke balik awan dan disana telah menunggu teman-temannya dan kehidupan yang serba dikaguminya tetapi semakin tinggi dia terbang ia semakin mengigil kedinginan karena tetes air makin banyak dan mulai melepaskan satu persatu kertas yang melekat di tubuhnya. Oleh teman-temanya disarankan untuk segera mengganti bahannya dengan kertas anti air yang lebih menarik dan ia pun setuju melepaskan seluruh kertas aslinya dan dibiarkan jatuh ke bumi. Lelaki itu terpana ketika melihat percikan kertas berhamburan dari balik awan dan jatuh berguguran ke bumi diringi pertanyaan polos ketiga anaknya yang mengenggam cabikan-cabikan kertas dan dengan berat hati menjawab bahwa benar itu kertas layangan mereka yang mereka sayangi. Tetapi ia masih meyakinkan bahwa nanti sore layangan itu akan kembali turun karena masih yakin ada benang yang masih menghubungan mereka dengan layangan yang mereka sayangi itu. Dengan susah payah dan kecintaan yang mendalam ia dan ketiga anaknya mengumpulkan satu persatu cabikan kertas yang berceceran di tanah dengan harapan mereka bisa merekatkan kembali kertas itu di tubuh layangan mereka yang sangat mereka sayangi itu.
Ketika hari menjelang gelap kembali layangan itu masih bisa diturunkan dengan susah payah oleh ketiga anaknya dan kembali ke gubuk mereka. Tetapi apa yeng terjadi ternyata disana layangan mereka hampir sudah tidak dikenali lagi karena ternyata kertasnya sudah berganti dengan warna-warni yang lain dari pada lain dan ketiga anaknya hanya bisa mengenal dari bentuk dan ukurannya saja. Permintaan lelaki dan ketiga anaknya untuk mengganti kertas dengan cabikan kertas yang coba direkatkan kembali ditolak mentah-mentah oleh layangan tersebut karena ia melihat kertas itu sudah luntur dan compang-camping tidak layak bagi sebuah layangan yang dikagumi orang.
Pada keesokan paginya dengan buru-buru takut ketinggalan teman-temanya ia pun meminta lelaki itu untuk segera menerbangkannya kembali. Dan tanpa melihat lagi ke belakang dalam sekejap ia pun melesat ke balik awan. Disana sudah menunggu teman-temanya dan mereka pun membumbung lebih tinggi lagi. Ia sama sekali telah melupakan pesan lelaki itu untuk tidak terbang ke balik awan dan lupa juga dengan seutas benang yang menghubungkan mereka. Dengan susah payah lelaki dan ketiga anaknya itu mencoba mengendalikan laju terbangnya layangan tersebut dengan seutas benang yang masih digenggam erat olehnya dan ketiga anaknya namun layangan tersebut sudah lupa dan tergoda untuk naik lebih tinggi ke balik awan bersama teman-temannya. Ahirnya dalam sebuah kilatan petir benang itu pun putus dan jatuh ke bumi diiringi tatapan tidak percaya oleh empat pasang mata bahwa satu-satunya yang mereka miliki dan sayangi itu sudah tidak ada lagi…
Salam dan doa dari yang telah terlupakan…
Oleh : Yus Tolesa
Sumber : http://cerpenmu.com